03 September 2020

Sejarah Desa

Desa Kiringan Kecamatan Takeran ini terdiri dari 3 dukuhan. Dahulu istilahnya bukan dukuhan, tetapi bahkan kelurahan atau bekelan. Tiga bekelan tersebut adalah: Bekelan, Baheng, Ganggong. Tentang cerita terjadinya desa Kiringan ini tidak lepas dari sejarah Kota Magetan. Demikian kata almarhum pujangga tua Kiringan yang terkenal dengan nama Mbah KYAI CIKAL. Beliau hidup didesa Kiringan ini dari tahun : 1810-1970. Bagaimana kata Mbah Kyai Cikal ini, sebagai berikut :

            Ibu Kota Magetan dahulu berada didukuh Karangsono desa Gorang-Gareng, Kecamatan Takeran, Kabupaten Magetan. Dukuh Karangsono diambil dari kata : SASONO HINGGIL. Sasono artinya rumah atau tempat, hinggil artinya tinggi. Jadi Sasono Hinggil adalah tempat yang tinggi. Dukuh Karangsono ini dahulu tanahnya tinggi(seperti Bukit).

            Pada zaman dahulu, sungai merupakan jalan raya. Pada umumnya secara kenyataan, semua ibu kota Kabupaten berada ditepi sungai besar. Hal ini untuk memudahkan hubungan antar daerah yang satu dengan yang lainya. Seluruh Karesidenan Madiun hanya Magetan yang tidak berada ditepi sungai besar. Mengapa ibukota Magetan pindah ketempat yang sekarang ?

            Dahulu Adipati Magetan berperang dengan Adipati Madiun. Karena Adipati Madiun ingin memperluas daerahnya. Adipati Madiun menghendaki agar daerah di kiri dan kanan Bengawan Madiun menjadi kekuasaanya. Prajurit Adipati Madiun yang cukup banyak menyebrang kebarat kedaerah Magetan. Terjadilah peperangan antara prajurit Madiun dan prajurit Magetan. Kedua prajurit lawan ini saling mengumbar kekuatan, untuk mengalahkan lawan mereka. Medan perang yang terakhir berada di dukuh Mangu Desa Takeran(Mangu adalah kata bahasa jawa yang berarti bimbang. Mangu-Mangu). Siapa yang mangu-mangu atau bimbang ? Yaitu kedua prajurit yang sedang berperang ini. Mereka berani maju, tetapi juga mundur karena takut. Markas prajurit Magetan ini berada disebelah Dukuh Mangu ini, yaitu Desa Kiringan sekarang ini. Dalam pertempuran ini, Adipati Magetan merasa kurang kuat, karena jumlah prajuritnya memang lebih kecil dibandinkan dengan jumlah Prajurit Adipati Madiun.

            Akhirnya Adipati Magetan mundur dan pergi menuju kaki Gunung Lawu, untuk melakukan “semedi”. Mohon kepada Tuhan YME agar prajuritnya diberi kekuatan serta kemenangan. Prajurit Adipati Magetan yang bermarkas disebelah selatan dukuh Mangu, setelah mendengar bahwa pimpinanya pergi ke kaki Gunung Lawu, mereka turut mundur mengikuti dan menjaga dengan cara melingkari tempat semedi sang Adipati Magetan. Mundurnya prajurit Magetan kekaki Gunung Lawu ini berIRING-IRINGAN/berjajar-jajar, sedang rakyat yang setia kepada Adipati Magetan juga mengikuti kekaki Gunung Lawu. Itulah sebabnya maka daerah markas mereka yang berada disebelah selatandukuh Mangu ini dinamakan KIRINGAN. Sebab kepergian mereka yang mengikuti pimpinanya secara beriring-iringan. Akhirnya menjadi Desa Kiringan sekarang ini.

DARMANTO (KAUR UMUM)    PITONO (KAMITUWO 3)    MOH YATIMIN (KASI KESEJAHTERAAN)    SUPRIYANTO (KAMITUWO 2)    KAPIYONO (KAMITUWO 1)    SRINGATIN (KAUR PERENCANAAN)    DIDIK PUSBIANTO (KAUR KEUANGAN)    NIKEN A.P (SEKRETARIS DESA)    HERI DARAMAWAN (KASI PEMERINTAHAN)    MUKAROM (KASI PELAYANAN)